• Review
  • Traveling
  • Daily Notes
  • Tips
  • Mind
  • Komentar Terbaru

    • ainun on Cobain Ide Seru buat Mengisi Liburan Akhir Tahun Bareng Keluarga
    • Nyi on 5 Hal Penting Tentang Pengelolahan Media Sosial Dengan Sociosight
    • Lasmicika on Peran Influencer dan Jasa Live Streaming dalam Menaikkan Omset Penjualan E-commerce dan Cara Kerjasama dengan KOL.ID
  • HOME
  • About me
  • Blog
  • Contact Me
  • Disclosure

Ila Rizky

  • Review
  • Traveling
  • Daily Notes
  • Tips
  • Mind
You are here: Home / Writing / Editing Lapis Imajinasi

Editing Lapis Imajinasi

Writing

11 Jul

Editing Lapis Imajinasi. Pertama dengar istilah tentang editing lapis imajinasi, saya tahunya dari mba Riawani Elyta. Waktu itu di grup Be a Writer, mba Lyta membahas tentang naskahnya yang masuk dalam daftar naskah juara di Lomba Amore Gramedia. Gimana tentang proses menulisnya, gimana tentang ide kreatifnya.

Saya takjub dengan mbak Lyta ini, karena jujur… saya juga ingin ikut lomba tersebut, tapi dipikir lagi. Saya ga akan kuat menulis tema berbau domestic drama berbalut romance pasca baca Amore versi yang waktu itu sudah terbit. Yang menurut saya lebih mirip seri Harlequin versi lokal. Yang artinya akan ada adegan mesra sepasang suami istri. Ini benar-benar godaan terbesar untuk seorang penulis yang harus mengikuti selera penerbit. Tapi mba Lyta ternyata mendobrak paradigma tersebut. Naskahnya diedit sesuai dengan romance versinya sendiri. Bahwa tidak harus ada adegan yang bikin badan panas dingin waktu membacanya. Benar-benar bikin saya tanda tanya. Gimana sih caranya? Susah lho jadi penulis yang tetap santun dalam menggambarkan sebuah adegan yang rumit seperti itu.  Dan, mba Lyta berhasil.

Ini cuplikan tulisannya di note yang saya baca dan berkesimpulan bahwa memang masih ada penulis-penulis yang bisa mengarahkan idealismenya tetap pada tempatnya. Tak mengikuti arus, tak juga mengekang ide kreatif. Santun dan berhikmah.

Itu sebabnya, bagi saya, menulis novel romance tidak lebih mudah dari novel-novel lain. Karena selain melakukan self-edit pada konten, eyd dan sebagainya, khusus pada novel genre ini, saya masih melakukan satu lapis editan lagi, yang saya sebut edit imajinasi.

Ya. Saat membaca adegan-adegan yang melibatkan chemistry kedua tokoh utamanya, saya selalu membayangkan ada di posisi pembaca,membayangkan sejauh mana imajinasi saya bisa berkembang setelah membacanya. Apakah terus berkembang menjadi tak terkendali atau terbatas adanya. Itu sebabnya, untuk menulis adegan saling menatap saja saya butuh waktu yang cukup lama.

Sejauh ini, Alhamdulillah kekhawatiran saya sepertinya masih tergolong berlebihan. Dari inbox-inbox pembaca untuk novel-inbox saya, mereka sendirilah yang kemudian memunculkan istilah itu : romance yang santun.

 

Ya, ternyata masih ada kok romance yang santun itu. Saya pun takut untuk menulis fiksi dewasa terutama yang berbalut romance karena tahu, bukan hal yang mudah untuk menyisipkan hal-hal baik dalam rumah tangga. Jadi, apa saya akan tetap berdiri di sini saja dan tidak bergerak sama sekali untuk menulis hal yang sama? Sebuah fiksi yang santun dan berhikmah. Semoga saya bisa ada di posisi seperti mba Lyta dan tidak mengikuti selera picisan. Ya, saya tahu ini perjuangan berat. Mohon doanya semoga tangan ini menulis yang baik-baik saja. :’)

Tegal, 110713, 20:46

More from my site

  • Cara Memilih Wallpaper Ruang MakanCara Memilih Wallpaper Ruang Makan
  • 5 Tips Kecantikan Korea Mudah yang akan Mengubah Hidupmu!5 Tips Kecantikan Korea Mudah yang akan Mengubah Hidupmu!
  • Cara Menghilangkan Bau Amis dengan Cara AlamiCara Menghilangkan Bau Amis dengan Cara Alami
  • Berani Lebih Fokus Untuk Hidup Lebih BaikBerani Lebih Fokus Untuk Hidup Lebih Baik
Tweet
Share16
Pin
16 Shares

7 Comments

« Ramadhan Pertama di Tegal
Personal Branding: Show Your Passion! »

Comments

  1. VSD says

    July 11, 2013 at 9:32 pm

    Jadi Dek Ila pas baca Harlequin hot-cold yaa? 😀 :p
    Btw i think, mau mengikuti arus/nggak, itu pilihan. Dan, mbak Lyta menunjukkan pilihannya sndiri dgn membuat genre ‘baru’ yakni roman santun. So apa pilihanmu, La? ^_^

    aku bacanya Amore, mba Vita. pas itu masih Amore yang lama. dan ternyata setipe dengan cerita-cerita harlequin. 😛 akhirnya ga aku lanjutin baca sampe kelar. wekeke. kalo selama ini aku masih pake style sendiri buat tembus penerbit. tapi rambu-rambunya sama kayak yang dibahas sama mba Lyta 😀

    Reply
  2. noorma says

    July 12, 2013 at 5:11 am

    baru 3 kali aku mencoba menulis fiksi.. itu flash fiksi karena ada kontes.. bhahhaha
    lha kalo disuruh nulis kaya gitu.. bisa demam 100 hari aku..

    dalam hati niat banget pgn bikin yang bisa ‘dibaca’ sesuai ‘karakterku’.. tp itu butuh proses dan tidak singkat…

    sebenernya bisa dipelajari, mba Noorma. karena menulis dan ngedit dua hal yang terpisah, mba. ga bisa nulis sambil ngedit. harus selesai dulu tulisannya baru boleh diedit. kalo aku seringnya kadang diendapkan dulu baru diedit. kecuali kalo pas ikutan lomba dan udah mepet DL. biasanya tanpa endapan, langsung submit aja.

    Reply
  3. nuel says

    July 12, 2013 at 7:48 am

    Bener banget…. Saya juga mengalaminya… Khususnya saat bikin dialognya.. Susah… -_-

    Hehe, memang harus dipelajari, Nuel. Romantis tak perlu yang picisan kok. Masih ada yang santun dan bikin hati tenang kalo baca. Ada hikmahnya juga yang bisa kita tangkap dari tulisan yang ditulis. Semangat ya! Moga lancar nulis novelnya sampe selesai dan terbit di penerbit yang terbaik.

    Reply
  4. yuniarinukti says

    July 12, 2013 at 11:49 am

    Aku belum ngerti novel yang bikin panas dingin itu seperti apa Mbak. Harlequin aja aku gak pernah baca. suka bingung baca novel buatan luar, kalimatnya suka gak nyambung. Kecuali novelnya Sophie Kinsella..
    Mbak aku pengin banget bisa nulis novel, tapi selalu mandeg. jadi gemes rasanya..

    sophie kinsella yang shopaholic itu ya, mba? apa bukan? hehe 😀 aku jarang baca terjemahan. tapi ada seorang temen yang ngasih pembanding buku harlequin dengan amore. dan kemarin2 malah ada buku yang penulisnya aku kenal juga walo masih pake penerbit indie. ternyata ada yang ehem2nya. haduh, sampe pengen muntah rasanya. jadi dilema gitu kalo mau nulis yang bertema rumah tangga. kalo mba yuni mau, dicoba aja nulis pake outline dulu, selama sebulan nulis 4 halaman/hari. nanti sebulan bisa deh sampe 120 halaman. udah sebuku tuh, mba 😀 semangat ya!

    Reply
  5. r10 says

    July 12, 2013 at 1:24 pm

    kalau mengikuti selera penerbit, maka kita ga independen

    penerbit juga butuh penulis yang antibiasa sebenernya, kak. jadi tergantung nekatnya kita aja mengajukan draft naskah. hehe 😀

    Reply
  6. widhie says

    July 12, 2013 at 8:55 pm

    emang novel amore apa sech mba???ga mudeng tuing..tuing..tuing hwakakak

    seperti namanya, novelnya tema cinta-cintaan, mba Widhie 😀

    Reply
  7. kakaakin says

    July 16, 2013 at 1:36 am

    Jadi… kapan ya aku memulai proyek novelku…?
    *merenung di pojokan…

    ayoo, mba akin. maunya kapaaaan? 😀 yuk diseriusin. 😀

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Welcome Here

Blogger, Buzzer , Bookworm
Contact me :
Twitter : @ila_rizky
Instagram : @ilarizky
Fb : Ila Rizky Nidiana
Email : sabilla.arrasyid@gmail.com

Recent Posts

  • Perbedaan Translation Agency Lokal dan Internasional: Mana yang Tepat Untuk Kamu?
  • Rekomendasi Kuliner di Victoria untuk Pecinta Budaya Jepang
  • Penting Untuk Diketahui! Apa Saja yang Menjadi Tanda-Tanda Haid? 
  • Cobain Ide Seru buat Mengisi Liburan Akhir Tahun Bareng Keluarga
  • Cobain Tempat Wisata di Bandung Setelah Naik Kereta Whoosh

Popular Posts

Categories

Archives

Blogger Perempuan

KEB

Seedbacklink

Copyright © 2025 · Refined theme by Restored 316