Kebijakan Presiden Joko Widodo untuk meluncurkan program pembangunan sejuta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR disambut dengan sangat baik oleh berbagai kalangan. Namun, hingga kini, target satu juta rumah tersebut masih sulit tercapai. Beragam masalah muncul dan menghambat program tersebut.
Masalah yang timbul antara lain kurangnya dukungan dari pihak bank dalam realisasi kredit pemilikan rakyat (KPR) dan defisit listrik di beberapa daerah, terutama di luar pulau Jawa. Padahal, para pengembang menyambut baik program ini. Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) menyebut bahwa program ini akan dapat membantu kelesuan ekonomi di industri properti menjadi bergairah lagi.
Sayangnya, masih sedikit dukungan perbankan terhadap pelaksanaan KPR dari rumah dijual di Jakarta murah tersebut. Bank dinilai lambat dalam melaksanakan akad KPR dengan nasabah calon pembeli rumah subsidi. Jadi, rumah dijual di Jakarta, misalnya. Rumah yang sudah dibangun dan sudah ingin dibeli oleh masyarakat harus terkendala proses KPR yang lambat, sehingga menyebabkan penyerapan rumah dijual di Jakarta tidak berjalan sesuai rencana. Hal ini diharapkan dapat segera diselesaikan dan dievaluasi oleh seluruh pihak perbankan. Hal ini agar realisasi KPR berjalan lebih cepat. Dan tentunya tetap harus dievaluasi dan diawasi oleh kementrian.
Tidak hanya itu, masalah defisit pasokan listrik juga menjadi kendala utama, terutama bagi rumah di luar Jawa. Hal ini menyebabkan banyak bank yang menolak aplikasi KPR yang rumahnya tidak atau belum dialiri listrik. Diharapkan akan ada sinergi dari masing-masing pihak atau industri terkait untuk menyukseskan program tersebut.
Untuk masalah lahan, Apersi masih dapat memaklumi masalah lahan yang kurang untuk mewujudkan pembangunan. Di kota besar, jumlah tanah untuk rumah subsidi sangat kurang, sehingga harus di kawasan pinggiran. Membangun rumah subsidi di tengah kota dinilai tidak efektif karena harga rumah dijual di Jakarta nantinya akan ikut meroket. Meskipun dibangun di pinggiran, hal tersebut tidak menjadi masalah selama pemerintah setempat menyiapkan akses yang mumpuni untuk warga melakukan aktivitas di tengah kota. Jalan tol, atau transportasi asal seperti bus dan juga kereta menjadi pilihannya. Nah, semoga saja ada solusi dan realisasi yang optimal untuk mewujudkan rumah murah di Jakarta sehingga orang dapat membeli rumah dijual di Jakarta dengan harga lebih murah.
Leave a Reply