Seorang tetangga di depan rumah kami membangun rumahnya. Awalnya di depan rumah kami hanya terhampar tanah kosong yang dijadikan kebun. Tak ada apapun selain tanaman pepohonan yang digunakan sebagai pembatas antara halaman kebun dengan jalan setapak di gang kami. Saya cukup kaget melihat tetangga saya itu segera membangun rumahnya. Mungkin Sebenarnya pekerjaan membangun rumah bukanlah pekerjaan yang terburu-buru ia lakukan. Karena dia membuat rumah ini setelah beberapa tahun menikah, sekitar 3-4 tahun.
Ada hal yang membuat saya salut adalah konsistensinya dia selama ini yang sangat hemat dalam mengatur keuangan keluarga. Saya jarang melihat dia belanja kebutuhan yang nggak perlu. Bahkan rumahnya sebelumnya masih termasuk rumah standar yang banyak rusak di sana sini. Temboknya termasuk bangunan tua yang catnya sudah banyak mengelupas. Baru tahun ini tiba-tiba ia membeli berbagai kebutuhan untuk membangun rumah mulai dari bata, pasir, semen, kayu, dll. Halama kebun yang kosong pun kini berubah wujud menjadi sebuah rumah. Lengkap dengan jendela kecilnya yang berjumlah empat. Rumah kecil itu kini ditempati bersama anak dan suaminya.
Pertama kali melihatnya membangun rumah saya bertanya-tanya apa ia sudah merencanakannya sejak lama? Selama apakah? Mengingat ia bukanlah orang yang berkecukupan dan keluarganya hidup dari berjualan air yang diisi ulang di jerigen dan diedarkan ke seluruh kampung.
Dulu saya pikir hanya orang kantoran saja yang bisa membangun rumah sendiri. Picik sekali ya, pikiran saya saat itu. Ya, dulu saya kira hanya orang di kalangan tertentu yang bisa membangun rumah. Tetangga saya itu termasuk orang yang cukup beruntung karena ia tak perlu membeli tanah yang kini sangat melambung tinggi. Itu baru harga tanah ya, bagaimana jika harga tanah yang sudah dibangun menjadi rumah? Apalagi jika masuk kawasan pusat kota, rumah tersebut akan menjadi mahal harganya hingga milyaran.
Saat Rumah Susun Menjadi Pilihan Selain Perumnas
Kini solusi yang paling memungkinkan bagi masyarakat yang ingin membeli rumah dengan harga murah adalah membeli di perumnas atau rumah susun (rusun). Rusun jadi pilihan jika dirasa perumnas terasa mahal harganya. Apalagi jika pembeli bukanlah orang yang berkecukupan. Di daerah saya rusun sudah ada, perumnas pun sama.
Dirut Perumnas Himawan Arief Sugoto ingin membangun 25 menara rumah susun (rusun) di beberapa titik yang sangat membutuhkan bantuan rumah murah. Misalnya saja di pinggiran kota Jakarta dan Bekasi. Hal ini akan menjadi sebuah solusi yang efektif karena rumah susun bisa digunakan oleh orang banyak, jauh lebih banyak dibanding jika membangun rumah dengan bentuk rumah penduduk biasa.
Rusun bisa dibangun hingga puluhan lantai, hal ini meminimalisir jumlah tanah yang diperlukan untuk membangun rumah. Jadi, masih banyak lahan kosong yang bisa digunakan untuk membangun taman jika dibandingkan harus berubah menjadi rusun. Itus ebabnya rusun bis amenjadi pilihan terbaik agar tanah yang dibutuhkan tidakbegitu banyak.
Yang terpenting rumah susun yang dibangun memenuhi standar kesehatan seperti misalnya memiliki MCK yang memadai, kamar yang berventilasi, rusun yang memiliki akses transportasi yang mudah. Nah, kalau kamu, apa pendapatmu tentang rumah susun? Share dong di komentar. 🙂
Leave a Reply