Sekadar curahan hati : dilema cinta
Aku hanya ingin cinta yang halal, di mata dunia juga akhirat
Biar aku sakit, hampa aku masih, Tuhan sayang aku
“Dia beda, La.. emangnya kamu, yang nggak mau nunggu orang..”, ungkap seorang sahabat padaku.
“Dia mau nunggu sampe kapan?” tanyaku berat.
“Nunggu sampe aku bisa membahagiakan orang tuaku. Minimal lima tahun lagi.” Jawabnya datar.
Aku terdiam, lama.. sakittt… kata-kata itu masih melayang-layang di atas kepalaku. Perih. “Emangnya kamu, yang nggak mau nunggu orang.”
Glek! Aku menelan ludahku usai membaca tulisannya di roomchat yahoo tentang dilema cinta ini. Apa kau kira aku juga tak memikirkan semua konsekuensi yang sudah kupegang erat-erat sejak awal keputusan kuambil? Menanti itu melelahkan, kawan. Apalagi bagi seorang perempuan. Melelahkan karena hati yang tak jua bertemu pada muara yang benar, harus dibenturkan dengan kondisi yang memprihatinkan. Menanti dengan hati yang gamang. Penuh ketidakpastian-ketidakpastian. Dan saat itulah sebuah pilihan memang harus diambil. Allah… Engkau tahu, aku di sini menangis, merapatkan hatiku padaMu, hanya padaMu. Meretaskan segala keinginan pun harapan, labuhkan di hatiku. Perih. Dilema cinta yang tak mudah kumengerti mengapa harus begini.
Masih teringat kata-kataku di sebuah blog, mungkin dengan dipenuhi emosi-emosi tak terkendali, ah.. entahlah…;
‘lalu, bilakah menunggu itu menjadikanmu ragu, apakah engkau masih tetap menunggu?’
Maaf ya hanya ikutan berpendapat, kasian sama yang nunggu. Bukan hanya proses syar’i yang terhambat, tp juga keikhlasan dan kesungguhan yang jadi prinsip utama dari segalanya akan mulai pudar.
‘Percayakah pada takdir?’
Nah, kalo percaya, ya kenapa harus menunggu. Jodoh, rizki, kematian, semua sudah diatur. Itu jadi sepaket kejutan yang Allah beri. Jika tetap tak percaya dengan ketetapannya, itu artinya, ada yang salah dengan keimanan dirimu? Lalu, masihkah bersemayam lailahailallah’? Perlu dipertanyakan lagi keislamanmu. 🙂
Dalam hal ini, bukan hanya ridha Allah yang tak akan tercapai, tp juga akan mengurangi barakah itu sendiri, waah… gak mau kan kalo kehilangan berkah di setiap aktivitas kita? So, pilihannya hanya satu. Menuruti syariat yang ada. Jadi, kalo mau ya jalani ‘proses’ yang ada dengan syar’i. Sesuai aturan yang diajarkan Allah SWt dan Rasulullah Saw, Qudwah mulia kita. 🙂 Wallaahu’alam.
Dan tahukah engkau, kawan, karena tulisan itu aku dicap sebagai orang yang ‘sok’ idealis?Astaghfirullah.. T_T
Ya Rahman, aku hanya tak ingin mendurhakaimu dengan menetapkan putusan-putusan yang akan membawaku pada sebuah takdir yang jauh dari harapanku, membawaku pada kedurhakaan-Mu, membawaku pada sekeping hati yang belum halal bagiku. Adakah itu yang kau inginkan dariku, kawan? Keputusan-keputusan yang justru membuatku menjadi permata yang tak berharga di mata-Nya. Dilema cinta ini kuharap akan segera berakhir indah.
“Ya Rahman, ajarkan kami untuk tidak pernah putus asa dari kasih-Mu, ajari kami untuk selalu berharap yang terbaik dari-Mu, ajari kami unuk selalu berani bercita-cita dan merencanakan hidup yang indah bersama orang-orang mulia. Ikhwah, sekelam apapun langit semalam, hidup kita esok, jodoh kita esok, rizqi kita esok, semuanya boleh direncanakan. Dan di jalan cinta para pejuang, akan kita ganti kata ‘boleh’ dengan kata ‘harus’ atau ‘wajib’. “ (Salim A. Fillah – Jalan Cinta para Pejuang)
Sekaran, 10 Okt ‘09
sedang diliputi gundah seminggu ini, huff…
Rosa says
Mbak Ila dari Unnes yah???