Dilema Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga. Tergelitik dengan tema yang ditawarkan mba Luckty di GA nya, saya jadi ikutan komen dan ternyata menang, hehe. Alhamdulillah. Padahal temanya bikin cenut-cenut kepala. Aih, yang penting nyoba jawab apa yang terlintas di benak saya saat dibahas tentang “Pendapat saya tentang ibu bekerja dan ibu rumah tangga?” Jadi saya jawab begini nih. 😀
Jadi ibu rumah tangga atau pun ibu yang berkarier di luar rumah, tetap harus ada porsinya sendiri, buat saya itu pilihan, jadi ga bisa disamain mana yang lebih keren atau tinggi derajatnya dibanding yang lain.
Perempuan memang dikenal multitasking. Bisa ngerjain banyak hal dalam satu waktu. Yang dibutuhkan perempuan baik yang jadi ibu rumah tangga maupun yang berkarier, tetap mereka butuh dukungan suaminya sepenuhnya. Bahwa apapun keputusan untuk memilih jadi salah satu diantara dua pilihan itu, suami akan tetap membantu dan mendukung pilihan sang istri. Jadi kalo pas istri ga bisa menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga, misal pas sakit ya, suami bisa bantu gantiin perannya dengan bantu-bantu nyuci, siapin masakan, dll. Intinya sih, suami itu partnernya istri, jadi kalo selama suami mendukung, it’s oke buatku.
***
Saya rasa menjadi ibu baik ibu bekerja dan ibu rumah tangga, tentu tetap memiliki pilihan sendiri. Saya pun paham polemik semacam ini akan terus diulang dan terjadi di masyarakat kita. Saling membandingkan satu sama lain. Seperti yang pernah saya diskusikan dengan teman saya, mba Esti. “Jika kita masih terusik dengan pertanyaan itu, artinya kita ragu dengan pilihan kita.” Jadi, nyamankan aja diri sendiri. Dengan begitu, dilema ibu bekerja dan ibu rumah tangga ini tak akan terjadi di rumah kita. Life is a choice. Kamu yang menentukan sendiri hidupmu, meski lingkungan yang berperan membentuk fase perubahan itu jadi kentara, namun, kamu yang akan menjalaninya. Santai aja, dan mari nikmati peranmu, selama masih dalam koridor ibadah pada Allah. 😉
Ruri says
Life is a choice. Saya suka kalimat ini deh.. sering kali orang-orang di luar sana berkomentar seenaknya tentang pilihan hidup kita. padahal, yang ngejalanin hidup kita kan ya kita sendiri 🙂