Cerita Pendakian Semeru dari Penjaga Penginapan Murah di Ranu Pane
Jadi ceritanya kita nginep sehari lagi di Ranu Pane setelah Woman in Adventure with AREI selesai tanggal 22 April, karena besoknya kami akan menunggu jadwal tour ke Bromo. Kupikir awalnya kami bisa menginap di tenda Arei, tapi pas lihat mas Indra dan panitia lain udah mau pulang pakai mobil jeep dan bawa Ratih ke penginapan panitia karena dia hampir kena Hipotermia, kami pun diarahkan ke sebuah penginapan murah di Ranu Pane. Nama penginapannya apa yaa, lupa. Nggak ada namanya, tapi tempatnya ada di ujung gang. Hehe.
Baca juga : Persiapan Pendakian Gunung Semeru: Woman in Adventure Kartini Day 2018
Kalau kamu melewati gerbang masuk ke desa Ranu Pane dan menemukan tempat penitipan motor untuk para pendaki, di sebelah tempat penitipan motor itu ada penginapan bernama Marshal. Nah, kami menginap di belakang homestay Marshal. Rumah paling pojok pool-lah pokoknya.
Saat malam hari jam 12 malam itu, kami diantar ke homestay Ranu Pane tersebut. Si bapak yang mengantar kami mengatakan bahwa kami bisa menggunakan kamar di penginapan itu karena sedang kosong. Di sebelah ada juga yang mau ke Bromo, tapi 1 kamar aja. Dan karena kamarnya tutup, saya nggak tahu tetangga kamar ini laki-laki atau perempuan. Kami bertiga, saya, Ayie dan mba Tanty pun meletakkan tas kecil dan carrier ke dalam kamar. Lalu kami bergegas ngecharge gadget dan kamera ke colokan listrik karena baterai gadget sudah sekarat.
Oh iya, suhu udara di penginapan Ranu Pane ini sangat dingin, mirip di Ranu Regulo. Ranu Kumbolo jauh lebih hangat saat malam hari, dibanding suhu udara di Ranu Regulo dan Ranu Ranu Pane. Bahkan, saya masih menggunakan kaus kaki saat di dalam kamar penginapan. Baru setelah merasa harus bebersih, saya lepas kaus kakinya dan terasa suhu ekstrim yang melingkupi ruangan ini. Terutama saat kaki menjejak ubin kamar. Rasanya nyeess, dingin banget kayak air es.
Mba Tanty bilang, dia mau pindah ke kamar sebelah biar bisa tidur, jadi yaudah akhirnya saya tidur berdua sekamar sama adek, sekitar jam 1 malam. Pas jam 2, saya terbangun dan membuka pintu, saya kaget melihat seorang bapak memakai sarung berjalan di sekitar penginapan, di depan kamar mba Tanty. Karena khawatir kenapa-napa, saya malah buru-buru masuk kamar lagi dan mengunci pintu. Wkwk. Bener-bener deh, mataku udah siwer. Si bapak penjaga penginapan dikira hantu. Padahal kan orang beneran. Wkwk. -_-“
Kami berencana ngetrip ke Bromo pukul 3 pagi, tapi kami tertidur sampai jam 4 pagi. Baru deh tersadar, kita jadi ke Bromo nggak ya? Kok nggak ada kabar dari yang lain. Ada 2 orang yang nggak jadi ke Bromo, entah karena kecapekan atau apa, tapi mba Chandra bilang mereka nggak jadi ikut alias gagal. Jadi harusnya sih ada 5 orang lainnya, termasuk saya, adek dan mba Tanty yang akan berangkat tour ke Bromo. Tapi kalau mba Septi sih emang nggak jadi ikut karena ada kerjaan yang harus dikerjakan mendadak. Jadi dia pulang duluan ke Jogja.
Baca juga : Perlengkapan Yang Wajib Dibawa Saat Traveling ke Bromo
Nasihat Penjaga Homestay Ranu Pane untuk Para Pendaki Gunung Semeru
Jam 6 an kami pamit sama bapak penjaga penginapan untuk ke Bromo. Jadi tas semua diangkutin deh ke parkiran deket lapangan. Sebelum itu, terjadi percakapan antara kami bertiga dengan pak penjaga, dan 2 orang pendaki lainnya. Pak penjaga curhat tentang banyak hal, termasuk kebiasaan para pendaki.
“Saya heran kenapa banyak anak muda yang ingin ke atas gunung Semeru, terobsesi menaklukkan puncak mahameru. Ya, buat apa? Saya pun sudah pernah 5 kali naik ke gunung Semeru, suatu hari saya dimimpiin ada suara yang bilang, “Kalau puncak Semeru itu ibarat kepalanya orang tua. Lha kok kepalanya orang tua dinaiki. Kan nggak boleh.” Bahkan untuk melakukan ritual sesaji khas orang Tengger saja, kami harus tirakat dulu agar bisa selamat. Tapi lha ini kok banyak anak muda yang memaksakan diri ke sana. Buat apa? Buat gaya-gayaan? Padahal sudah banyak korban yang meninggal di puncak mahameru. Entah karena kena batu, atau lainnya. Hampir setiap bulan selalu ada korban. Tahun lalu sudah ada 8 orang dalam setahun, bahkan ada yang seminggu dua orang.”
Saat bapak penjaga itu menceritakannya, saya melihat raut wajahnya yang sedih. Tak terasa ia menyeka air matanya yang jatuh sesekali saat ia berkisah. Saya rasa, ia pun tak mau melihat berapa lagi orang yang akan mengalami hal yang sama. Kamu tahu kan, kalau ada orang yang peka dengan firasat, dan mungkin si bapak ini termasuk yang dikasih anugerah itu. Makanya begitu dia tahu tetap banyak orang yang berhasrat ingin menaklukkan mahameru, ia sedih, karena merasa kok firasatnya benar. Tapi orang-orang nggak mau mendengar alias ngeyel.
Bapak itu pun berkata lagi,
“Di atas ketinggian mahameru, puncak para dewa, kamu bisa melihat 5 gunung merapi, yaitu gunung rinjani di lombok, gunung merapi di jogja, gunung slamet di jawa tengah, gunung agung di bali dan gunung marapi di sumatera yang mengelilinginya. Pemandangan ini hanya ada pukul 5 pagi, lebih dari itu nggak bisa lihat.”
Kata si bapak penjaga,
“Setiap gunung berapi yang masih aktif pasti disakralkan oleh warga sekitar. Itu sebabnya kita tidak bisa sembarangan untuk naik ke atas puncaknya. Disarankan hanya sampai batas vegetasi saja. Tidak lebih dari itu. Kalau di semeru ya berarti sampai arcopodo. Kalau lebih dari itu, pihak TBNS juga nggak mau menanggung risiko jika terjadi apa-apa pada pendaki.”
Well ya, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan saat bercakap dengan bapak tersebut. Saya pikir, kita sebagai pendaki juga wajib mematuhi aturan dari masyarakat sekitar gunung agar apa yang kita lakukan tidak bertentangan dengan keyakinan mereka ataupun merusak ekosistem alam hutan yang masih disakralkan tersebut. 🙂
Fasilitas dan Harga Penginapan Murah di Ranu Pane
Oh ya, untuk penginapannya, harga per kamar 50 rb/malam untuk kami bertiga. Entah itu dihitungnya 1 kamar atau gimana ya, hehe. Saya juga bingung, soalnya kami pakai 2 kamar. Masuk jam 12 malam, keluar jam 6 pagi. Untuk fasilitas, ada 2 colokan listrik, wifi yang lumayan kencang (bahkan tanpa dipassword, baik bener siih bapaknyaa), tempat tidur dengan dipan kayu berbantal dan selimut seadanya, 2 kamar mandi, dan di depan penginapan ada gazebo untuk duduk dan bercengkrama dengan yang lain. Fyi, ada seekor anjing penjaga penginapan, jadi hati-hati ya, jangan ganggu keasyikan dia tidur mlungker di gazebo. Wkwk.
Yang paling saya suka dari penginapan murah di Ranu Pane ini adalah letaknya yang dekat dengan danau bernama Ranu Pane. Yes, true. Danau yang jadi nama kampung suku Tengger ini memang terletak di sekitar pemukiman warga. Nah, penginapan ini letaknya persis di tepi danaunya.
Saya bisa lihat Ranu Pane dari dekat saat menginap di penginapan murah ini. Aroma udara yang dingin dan segar menyeruak saat saya melihat-lihat danau Ranu Pane dari atas pagi harinya, berhubung penginapan ini memang letaknya di atas. Overall, saya suka dengan penginapannya, harganya, fasilitas wifinya hehe dan keramahan penjaganya. Kamu wajib cobain penginapan ini dan ngobrol dengan penjaganya kalau main ke Ranu Pane. 😉
See you next post ya!
Fakhruddin says
Dimanapun memang harus menghormati adat dan kepercayaan setempat. Kita dihormati itu murni karena kita telah terlebih dahulu menghormati 🙂
MK Layyina says
Hmm jadi rindu untuk mendaki lagi…tapi mgkin fisik sudah nggak spt dl 🙂 . Ada beragam pengalaman yang sll menarik untuk kembali mendaki ya mbak. Kalo aku setuju dengan bapak penjaga Homestay, dalam hal tertentu, para pendaki mestinya memperhatikan naihat atau larangan dari warga setempat. Bagaimanapun, ada kearifan lokal yg mesti kita gargai juga ya mbak… Salut bgt buat mbak Ila. Tetap berhati-hati ya setiap mendaki. Naik selamat, turunpun mesti selamat.
Nyi Penengah Dewanti says
ya ampun pengen mronoooooooooo
Alfin says
Boleh minta kontak bapak penjaga penginapannya ?