Tanggal 29 Juli 2015 yang lalu, saya bareng adek dan ortu pergi ke Pemalang. Rencananya mau datang ke acara hajatan khitanan keponakan. Awalnya saya diajak janjian pergi bareng bulik sebelum tanggal itu, tapi saya keburu ada urusan lain yang harus diselesaikan. Akhirnya pergi tetap tanggal 29, pas bareng tanggal hajatannya. Ke Pemalang memakai mobil karena jalanan ke rumah sepupu jauh dari jalan utama.
Berbekal ingatan tentang jalan-jalan di Pemalang yang dulu pernah dilewati saat lebaran beberapa tahun lalu, kami berangkat pukul 16.30. Tapi ternyata nyasar, hehe. Muternya ke daerah lain, kelebihan satu gang yang dulu pernah dilewati. Main ke Pemalang memang jarang karena kesibukan masing-masing. Sepupuku lebih sering mampir ke rumahku dibanding kami yang main ke Pemalang karena dia kerjanya di Tegal.
Pemalang Bertumbuh Seiring Waktu
Pemalang sudah berbenah menjadi lebih baik. Banyak perubahan signifikan seperti jumlah minimarket yang berkembang pesat dibanding saat saya ke sana terakhir kali. Ada beberapa tempat makan baru baik franchise maupun tempat makan biasa yang sayang banget belum bisa saya coba karena fokusnya memang mau hajatan aja. Hehe. Saya pernah coba makanan bernama grombyang. Ini enak banget deh. Semoga lain waktu, saya ada rezeki bisa main ke Pemalang lagi buat explore Pemalang. 😀 Banyak rumah yang sudah direnovasi, tapi banyak juga jalanan yang berlubang bikin perjalanan jadi lebih lama dibanding yang diprediksi.
Seingetku dulu saya ke Pemalang saat ada hajatan juga, pernah juga sekali main ke sana dalam rangka liburan. Dulu waktu anak sepupu yang nomor dua masih bayi, sekarang anaknya udah besar aja. Usia balita yang masih suka manja dan minta digendong. Pas ke sana, anaknya yang suka memakai turban sekarang malah lagi sakit, masuk angin kata buliknya.
Tungku Kayu untuk Memasak Menu Hajatan
Kalau kakaknya sedang istirahat karena habis khitan, dia dibius. Saya sama adek salam-salaman dengan sepupu dan istri, lalu dilanjut dengan acara ngobrol santai saat tamu sudah mulai berkurang. Tepat setelah perkenalan dengan tamu lain selesai, ada juga makan besar. Tamu bisa memilih menu yang disukai dan sesuai porsi masing-masing.
Di belakang tenda merah yang dibuat untuk menaungi tamu, saya melihat ada beberapa tukang masak yang sibuk meracik makanan dan mencuci piring, gelas, dll. Surprise juga melihat dapur yang digunakan, luas dan menggunakan tungku alami yaitu batu. Untuk hajatan, orang lebih suka memasak dengan panci besar. Kompornya diganti dengan tungku batu dan menggunakan bahan bakar kayu. Selain hemat biaya, rasanya juga lebih enak karena ditambah daun pandan saat memasak nasinya.
Berkat untuk Tamu Hajatan Saat Pulang Kondangan
Secara garis besar hajatan di Pemalang hampir sama dengan di Tegal. Orang yang datang memberikan amplop untuk tuan rumah, lalu selepas itu makan bersama(jika bentuknya prasmanan) dan mencicipi kue-kue tradisional seperti kue sagu, bolu, kue pia, dll. Setelah itu saat akan pulang tetap diberikan makanan juga dalam bentuk besek. Namanya berkat. Pernah dengar istilah ini? Berkat berasal dari kata berkah yang artinya orang yang datang mengharapkan keberkahan dari acara yang telah didatangi.
Pukul 19.00, kami pamit untuk pulang ke Tegal. Jarak Pemalang-Tegal ditempuh sekitar 1 jam, karena jalanan macet malam itu. Jalan pantura sering dilewati banyak truk yang membawa berton-ton muatan di atasnya. Alhamdulillah, kami sampai rumah dengan selamat. Semoga lain waktu saya bisa mampir lagi ke Pemalang. Aamiin. 😀
Mugniar says
Makanan yang dimasak dengan tungku itu lebih lezat, kan Ila? 🙂
Saya dulu suka, kalao ke rumah Nenek di kampung disuguhi makanan yang dimasak di tungku
Ila Rizky says
Iya, bun. Nasinya lebih tanek /matang sempurna kalo kata orang tua yang biasa masak pake tungku, hehe. 😀 Ternyata di Makasar juga ada yang masak seperti ini ya?
Salman Faris says
aku kampungnya di Pemalang loh hihihi, kue2 khas pemalang memang enak banget
Ila Rizky says
wah, asli Pemalang ya, kak? di daerah mana?:D
Kenal sama mba Nunik Utami juga yang asli Pemalang? Hehe
Juvmom says
Masih tradisional yah masaknya pake tungku.
Ila Rizky says
Iya, En. Klo buat hajatan memang gitu. Praktis buat masak banyak. 😀