15 Fakta Tentang Budaya dan Adat Lampung Yang Wajib Kamu Tahu
Hallo teman-teman, kali ini saya akan cerita banyak tentang fakta budaya dan adat Lampung yang masih jarang orang ketahui. Tulisan ini adalah hasil wawancara saya dengan Andriansyah, admin akun instagram @adat_lampung. Nah, buat yang penasaran apa aja sih adat dan budaya Lampung yang perlu kamu pelajari, silahkan disimak ya. Semoga bermanfaat! 😉
15 Fakta Tentang Budaya dan Adat Lampung Yang Wajib Kamu Tahu
-
Sistem Waris di Lampung Menggunakan Sistem Patrilineal
Lampung masih menggunakan sistem Islam, maka 100% menganut paham Patrilineal. Sedangkan untuk sistem Matrilineal masih digunakan oleh Suku Semende. Semende berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Suku ini masih termasuk ke dalam rumpun etnis melayu dan berbahasa melayu. Nah, untuk warisan, di masyarakat Lampung warisan akan jatuh kepada anak laki-laki. Justru pihak perempuan tidak mendapatkan waris karena perempuan setelah menikah akan mengikuti pihak laki-laki.
-
Budaya Lampung dipengaruhi oleh Budaya Melayu
Meskipun Lampung bukan etnis melayu tapi masih ada pengaruh budaya melayunya. Kedua budaya itu saling pengaruh-mempengaruhi. Misalnya saja dalam tradisi pangan agung atau pangan balak sebenarnya se-Sumatra pasti ada. Hanya saja berbeda dalam penyebutan istilah adatnya. di Sumatera Selatan istilah pangan agung lebih dikenal dengan ngehidang yang menggunakan banyak piring untuk acara adat tersebut.
-
Etnis Lampung Masuk Kategori Melayu Tua atau Protomalayan
Lampung secara Bangsa memang Melayu, tapi secara etnis bukan Melayu. Lampung masuk ke dalam kategori Melayu Tua (Protomalayan) sama seperti Suku Batak.
-
Aksara Kaganga sebagai Aksara Lampung
Di Lampung ada aksara khusus yang pernah digunakan oleh masyarakatnya yaitu Aksara Kaganga. Saat ini, aksara Kaganga masih diajarkan di sekolah-sekolah dasar, namun sudah tidak digunakan seperti halnya aksara Jawa. Masyarakat Lampung mempunyai cerita rakyat yang menyebutkan bahwa suku Lampung, Batak, dan Bugis itu bersaudara. Itu sebabnya aksaranya pun mirip satu sama lain.
-
Tujuh Lekuk Siger Menandakan Tujuh Tingkat Adok, Gelar Masyarakat Lampung
Tahukah kamu siger yang digunakan sebagai pelengkap pakaian adat Lampung? Ada tujuh buah lekuk siger yang diartikan sebagai tujuh tingkat adok/gelar dalam masyarakat Lampung. Aturan ini berlaku pada adat Saibatin bagian Barat. Namun, untuk Saibatin di bagian selatan tingkat adok ada banyak lagi.
Ada 7 tingkat adok (gelar dalam masyarakat Lampung) yang berlaku di Pesisir Selatan khususnya Semaka dan Pemanggilan, antara lain :
- Saibatin
- Khaja
- Khadin
- Minak
- Kimas
- Mas
- Khakhayahan
Ini tingkat adok di Lampung bagian barat, antara lain :
- Suttan
- Khaja
- Batin
- Khadin
- Minak
- Kimas
- Mas
Ada lagi wilayah pesisir Teluk, pesisir Rajabasa, dan pesisir Maringgai yang berbeda lagi aturan adatnya.
-
Aturan Adat Mengadaptasi Aturan Islam, Hindu dan Budha
Suku Lampung itu 100 % beragama Islam, itu sebabnya aturan adatnya banyak mengadaptasi aturan Islam. Apalagi soal berpakaian, pakaian perempuan menutup keseluruhan badan sehingga terlihat lebih sopan. Walaupun unsur Hindu Budhanya juga masih ada, semisal : penggunaan selempang putih kuning, payung, tandu merupakan tinggalan Hindu. Dari pakaiannya juga itu peninggalan Hindu. Lalu sejak Islam masuk tanah Lampung, maka pakaian yang dulunya kemben ditambah dengan kebaya panjang.
Di Lampung masih memakai unsur kasta dalam 4 bagian belah ketupat seperti yang ada di Kab. Tanggamus. Ini merupakan aturan sejak zaman Hindu yang masih dilestarikan hingga kini.
-
Warna hijau dalam belah ketupat merupakan pengaruh Islam
Warna hijau dalam motif belah ketupat merupakan pengaruh Islam yang digunakan sejak Islam masuk ke tanah Lampung. Warna hijau digunakan sebagai pengganti warna hitam yang melambangkan kasta terendah yaitu hamba sahaya. Pewarnaan belah ketupat ada 4 yaitu putih, kuning, merah dan hitam.
-
Adok, Konsep Strata Sosial Masyarakat Lampung dan Aturan Adat Perihal Saibatin (Penyimbang)
Di Lampung memakai sistem kerajaan, tapi skalanya kecil, tidak seperti di Jawa. Strata sosial dalam masyarakat Lampung memakai sistem gelar yang bertingkat sesuai status dan kedudukan. Berdirinya kesaibatinan ini juga harus melihat asal marga dan silsilah keturunan dari orang yang akan diangkat menjadi saibatin. Orang yang akan diangkat menjadi saibatin adalah keturunan lurus laki-laki tertua di masyarakat setempat.
Saibatin ini juga beraneka macam. Ada Saibatin skala Kampung, dan Saibatin Menengah, dan ada Saibatin Bandar. Ibaratnya kalau sekarang ada Kades, Camat, dan Bupati.
Gelar milik Saibatin di Lampung Pesisir :
-Suttan
-Pengikhan
-Dalom
-Batin
Nah, di bawah Saibatin ada gelar lain yaitu untuk para bangsawan. :
-Khaja
-Khadin
-Minak
-Kimas
-Mas
-
Sistem pernikahan adat Islam dalam budaya Lampung
Sistem pernikahan adat orang Lampung itu terbuka dan menggunakan sistem pernikahan adat Islam. Tak ada aturan marga ini harus menikah dengan marga yang setara kastanya, karena semua orang sama saja. Tapi nanti untuk gelar adatnya mengikut gelar suami.
Sistem perkawinan di Lampung juga ada dua macam, yaitu: mengambil perempuan, atau diambil perempuan. Ada beberapa kasus di Lampung, perempuan harus mengambil laki-laki.
Contohnya: ketika keluarga Saibatin hanya punya anak satu dan itu perempuan anak semata wayang. Untuk melanjutkan trah kepemimpinannya, maka dia harus mengambil laki-laki, dan gelar si laki-laki akan mengikut gelar istri. Nanti anak-anaknya akan masuk silsilah keluarga si istri, tapi ketika perempuan ini punya anak laki-laki nanti maka anak cucu cicitnya akan tetap ke garis laki-laki lagi. Jatuhnya tetap masuk sistem patrilineal.
-
Muli Mekhanai, Panggilan Khusus untuk Bujang dan Gadis Lampung
Kalau bujang gadis itu nyebutnya Muli Mekhanai. Muli artinya gadis dan Mekhanai artinya bujang. Ada juga panggilan untuk orang yang dituakan seperti : untuk ayuk kandung itu manggilnya kakak, tapi untuk ayuk ipar itu kaka. Untuk paman manggilnya mamak. Abang tetap dipanggil abang. Bibi dimanggilnya ibung. Ayah itu dipanggilnya bak/ubak. Untuk ibu dipanggilnya emak/umak. Sesama saudara kandung yang satu jenis kelamin memanggilnya Kelepah. Saudara perempuan ke saudara laki-laki menyebutnya Mahani.
Nah, akan berbeda lagi penyebutan-penyebutan dalam keluarga Saibatin. Ibaratnya dalam keluarga kerajaan/ keratonnya, maka berbeda halnya dengan keluarga masyarakat Lampung pada umumnya.
11. Bahasa Lampung Yang Muncul Hanya dalam Acara Adat
Ada beberapa kata dalam Bahasa Lampung yang dipakai pada saat acara adat resmi dan tidak dipakai pada bahasa sehari-hari. Misalnya : bahasa sehari-hari “kamu” itu “Niku” tapi dalam acara adat diganti “Pusikam”. Dan “saya” dalam bahasa sehari-hari itu “Nyak” tapi dalam bahasa acara adat diganti “Sikindua/kindua”. Kadang ke tetua juga pakai kata-kata khusus itu.
12. Memanggil Nama Tetua Adat Dengan Gelarnya
Untuk memanggil seorang tetua adat, kita harus menyebutkan gelar namanya. Karena jika sudah menikah, nama asli tidak dipakai lagi di lingkungan adat. Misal aku Andriansyah. Kalau udah menikah, misal dapet gelar Khadin Tekhang. Maka nama Andriansyah tidak akan dipakai lagi. Orang-orang akan memanggil Andriansyah memakai gelar itu Khadin Tekhang.
13. Wawancan : Syair Lampung Untuk Pengabaran Gelar/Adok
Wawancan yaitu syair Lampung untuk pengabaran adok (pengumuman gelar). Gelar itu akan diumumin di acara adat, karena satu lingkungan kesaibatinan bakal dateng semua. Mereka akan mengumumkan gelar tersebut pakai syair Wawancan.
Isi wawancan yaitu:
- silsilah singkat asal usul keturunan pengantin,
- pengumuman gelarnya,
- nasihat-nasihat perkawinan dalam menjalani rumah tangga kelak
Kalau di kampung yang masih kental adatnya memang taat banget, seperti Tanggamus dan Pesawaran. Pemberian nama sesuai gelar tersebut akan membuat orang sampai lupa nama aslinya. Itu sebabnya, di silsilah orang Lampung jarang tertulis nama asli karena sudah menggunakan nama gelar setelah menikah. Apalagi kalau keturunan Saibatin atau tokoh berpengaruh, nama gelarnya akan panjang.
-
Tambo, Catatan Keturunan atau Silsilah Keluarga di Masyarakat Lampung
Di Lampung ada catatan keturunan yang disebut dengan istilah Tambo. Tambo terbuat dari kulit kayu, gading gajah, tanduk, bambu, dll. Banyak juga keluarga yang terputus silsilahnya karena ada catatan Tambo yang hilang, disita oleh Belanda saat zaman penjajahan, dan memuat rancu pencatatan silsilah keturunan tersebut. Hal inilah yang menjadi banyak perdebatan di keturunan yang sekarang.
Kini orang mulai membuat salinan Tambo kembali dengan diprint. Ditambah lagi orang zaman dulu itu punya banyak gelar, jadi bingung jika tidak ada salinan yang bisa dijadikan rujukan untuk Tambo.
15. Budaya Namong, Budaya Memberi Gelar Kakek Untuk Dipakai Cucu di Masyarakat Lampung
Ada juga budaya Namong di masyarakat Lampung, yaitu pemberian nama kakeknya untuk dijadikan nama cucunya. Tujuannya berharap agar perangai anak tersebut seperti kakeknya. Ditambah lagi kadang gelar kakeknya dipakai cucu, jadinya rancu. Itu sebabnya penggunaan Tambo masih dipakai hingga saat ini untuk mencatat silsilah 7 turunan orang tersebut. Budaya dan adat seperti Tambo dan Namong pun tersebut masih dilestarikan dalam masyarakat Lampung hingga saat ini.
Nah, itulah tadi 15 budaya dan adat Lampung yang bisa kamu pelajari. Semoga bermanfaat ya! Yuk jaga dan lestarikan adat dan budaya di Nusantara. 😉
Dinilint says
Ini ceritanya si Andri dirangkum gitu yaa.
Adat orang Indonesia, khususnya Lampung emang banyak detailnya dan baiknya didokumentasikan. Kalo dulu dokumentasi pake tambo, sekarang boleh lebih modern, pake digital.
Ila Rizky says
Iyaa, Din. Aku nanya Andri, dia bantu jawab pertanyaan yang belum aku temukan infonya di web mana pun. Biar lebih gampang aku rangkum gini. 😀
Iya, tambo sekarang lebih mudah, ada salinan printnya, jadi ga kececer lagi. Mengurangi risiko hilang. 😄