“Orang yang cita-citanya tertuju pada dunia saja, urusannya akan Allah cerai-beraikan, kemiskinan senantiasa terbayang di pelupuk matanya, sementara dunia yang mendatanginya hanya sebatas yang telah Allah tetapkan baginya saja. Dan siapa saja yang cita-citanya tertuju pada akhirat, pasti Allah akan beri keteguhan pada kesatuan jiwanya, kekayaan selalu melekat di dalam hatinya, sementara dunia justru mendatanginya secara pasrah”
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dinyatakan sahih oleh Al-Bani dalam silsilah Alhadist Ash-Shahihah no 949
Sejak pekan lalu saya sedang gelisah, setidaknya gelisah saya kali ini ada alasannya. Buku yang saya punya dan saya dapatkan dengan susah payah, ternyata setelah dipinjamkan kepada orang, justru belum kembali beberapa. Iya kalau jumlahnya sedikit. Ini sampai 11 buku yang belum balik, dan 3 buku yang entah ada di mana. Saya sempat berpikir untuk menghentikan acara pinjam meminjam buku. Saya kembali menghitung untung rugi dalam sebuah hubungan. Dan saya merasa rugi, entahlah angin apa yang membawa saya pada kesimpulan itu. Rasanya jika dihitung tentu jumlah sekian itu sudah senilai 700 ribu. Segitu berharganyakah uang segitu hingga saya merasa hati saya terasa berat? Saya tak tau. Yang saya tahu saya jadi malas berurusan dengan orang lain yang asal pinjam tapi trackrecordnya buruk.
Saya tahu itu kesalahan hanya sekali, tapi, coba lihat apa yang sekarang saya rasakan? Gelisah, kenapa bukan mereka yang gelisah? Mendadak saya menemukan hadits ibnu majah tentang zuhudΒ tadi, saat saya sedang risih dengan dunia sosial. Err, benarkah orientasi saya telah berubah? Hanya sebatas dunia? Tadi pagi ada seorang sahabat bapak yang mengirimi kami makanan banyak karena kenal baik dengan bapak. Saya jadi serasa ditampar lagi sama Allah. Kalau di dunia hilang, setidaknya akan diganti dengan yang lain. Kalau tak ada juga, ya mungkin jatahnya di akhirat ya.
Dan selagi saya menghitung budget untuk membeli buku yang lain, dan Allah mencukupkan lebih dari yang saya butuhkan.Iya… saya tahu, Allah sedang menjawab gundah ini.
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Dont’ be sad, Dear. Β
giewahyudi says
Kadang suka galau juga, kadang kalau dikembalikan buku kita sudah lecek, dan ada lipetan di mana-mana. Jadinya ya kalau tidak dipercaya kadang susah untuk minjemin buku..
pipit says
tapi mak.. saya juga sama nih, paling sebel kalau ada yang minjem buku gak dikembaliin.. rasanya kayak dikhianatin.. issshhh pokoknya kesel dan janji dalam hati gak mau minjemin buku lagi ama orang itu!
dan baca postingan ini jadi ikut ketampar juga π
berapa kali saya janji sama diri saya, sama Allah juga, bahwa saya akan lebih baik dari hari ini.. dan ternyata janji itu gak saya tepati.. lupa ama janji sendiri!
hiks..
Mechta says
Ah, baru kemarin saya mbatin…tentang 3 buku yg belum kembali dan yg pinjem santai2 saja padahal tiap hari ketemu… lalu kutemukan tulisan ini… ah, trims Ila, Allah mengingatkanku lewat tulisanmu π
Zian says
pengalaman serupa dg buku…. sekarang saya pilih2 kalo ada org yg mau minjam buku… π