Melestarikan Kesenian Wayang Kulit
Indonesia, negeri yang kaya raya akan budaya bangsa ini memiliki beragam kesenian dan budaya yang patut dilestarikan. Tak hanya tari-tarian, kain tradisional, kuliner, candi, maupun artefak yang menjadi kebanggaan Indonesia. Indonesia juga memiliki kesenian wayang kulit yang tersohor di negara lain.
Saat ini wayang kulit masih digunakan di beberapa daerah untuk menghibur warga saat ada acara pementasan budaya maupun saat ada hajatan. Saya pernah melihat wayang kulit yang dipajang di sebuah stand di Festival Kuliner Tegal Tempo Dulu. Tak hanya stand kuliner yang disajikan di sana ada juga tari-tarian budaya dan wayang kulit. Saat itu saya mendengar penuturan dari pemilik stand yang mengatakan bahwa harga satu set wayang, baik wayang kulit maupun wayang golek seharga 2,3 jutaan. Harga yang cukup fantastis ya, mengingat kesenian kita masih banyak yang belum menghargai.
Para penikmat seni yang membeli satu set wayang kulit itu adalah orang yang paham bagaimana seni menciptakan perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat. Seni menjadi sebuah wadah jika media sulit untuk memberikan wacana bagi masyarakat. Zaman dulu, wali songo juga menggunakan media wayang kulit untuk memberikan wejangan-wejangan tentang islam. Islam tidak disebarkan dengan frontal melainkan melalui proses pembauran dengan budaya setempat yang saat itu sedang berlangsung. Saat itu orang gemar menonton pertunjukan wayang kulit di pelataran alun-alun atau menonton di lapangan. Sehingga semakin bagus kisah yang dituturkan, maka akan semakin banyak yang menyerap nasihat kebaikan yang diejawantahkan dalam karya pementasan wayang kulit.
Kini, wayang kulit masih digandrungi oleh warga, meski sekarang tidak sesering pentas seni musik/band yang biasanya lebih banyak menyasar penonton muda. Wayang kulit justru menyasar penonton yang lebih tua, orang-orang yang paham bagaimana kesenian membuat mereka menjadi lebih paham makna kehidupan lewat petuah-petuah pak dalang.
3 Hal Ini Dapat Dilakukan Untuk Menjaga Kelestarian Wayang Kulit di Indonesia :
-
Mengenalkan wayang kulit lewat ekstra kurikuler
Anak-anak saat ini akan menjadi generasi yang akan berkontribusi pada 30 tahun mendatang. Maka dari itu melestarikan nilai budaya dimulai dengan mengenalkannya pada anak-anak. Agar regenerasi untuk menjaga nilai budaya dan kesenian akan tetap bertahan di tengah arus zaman yang semakin modern. Mengenalkan wayang kulit bisa dengan memasukkannya ke dalam ekstra kurikuler di sekolah atau masuk ke dalam mata pelajaran kesenian.
-
Membuat pertunjukan seni rutin bulanan
Pertunjukan wayang kulit yang diadakan secara berkala akan menarik minat pengunjung. Sosialisasikan wayang kulit dan wayang orang dengan memasang banner jadwal pertunjukan di tempat yang strategis. Dengan demikian, jumlah penonton akan meningkat sehingga kesenian ini makin lestari.
-
Membacakan kisah pewayangan pada anak-anak
Membacakan kisah pewayangan pada anak-anak di masa kecil. Tujuannya agar membuat anak-anak mengenal kisah tentang hakikat kebaikan dan keburukan yang direpresentasikan lewat tokoh wayang seperti Arjuna, Rahwana, Rama, Shinta, Semar, dll. Saat ini sudah ada kisah pewayangan yang dibuat dalam bentuk komik. Judulnya Garudayana. Komik ini dibuat dengan model yang kekinian sehingga menarik minat baca pada anak-anak dan memicu keingintahuan mereka akan kisah pewayangan yang melegenda.
Nah, kalau kamu, apa yang kamu lakukan untuk melestarikan kesenian wayang? Share dong di kolom komentar. 😉
ajenangelina says
Aku paling suka membaca kisah wayang, Mbakk.. Nah iya ini seni budaya yang harus dilestarikan.. Jangan sampai dicuri orang huhu
Lingga says
Harga 2,3jt buat pnikmat seni mah kykny ga ada apa2nya ya mba, kpuasan batinny ini yg g bsa terganti kali.lah saya..hehee
Nurul Fitri Fatkhani says
Warisan budaya yang satu ini, memang harus dilestarikan. Kayaknya mengenalkan wayang kulit melalui kegiatan ekstrakulikuler di sekolah dan mendongeng di rumah, selain melestarikan juga bisa menambah pengetahuan anak-anak ya…
Titis Ayuningsih says
Aku terakhir nonton wayangan itu sudah lama sekali palingan sekarang nonton via tvri yang digital mbak
Nchie Hanie says
Dulu waktu mbahkung aku masih ada selalu nyeritain kisah2 wayang kulit Ila.
Sekarang dah Alm, ga pernah denger kisah2nya lagi,
Lendyagasshi says
Pingin baca buku wayang.
Karena banyak falsafah dalam hidup.
Saya orang Jawa.
Masa ga ngerti wayang..?
Malu bangeett iih…*tutup muka
Liza Fathia says
sebagai orang Aceh, saya masih belum mengerti dunia perwayangan 🙂
Nyi Penengah Dewanti says
Terakhir nonton wayang, bulan lalu 😀
sampai sekarang kesenian itu masih dilestarikan di sini
Shona Vitrilia says
Anak2 sy juga suka liat wayang, pernah mainin punya sodaranya. bentuknya menarik n tangannya bisa dgerak2in bikin anak2 suka 😉
April Hamsa says
Sekarang beberapa sekolah mulai ada ekskul yang berkaitan sama kebudayaan gtu ya mbak, ada wayang jg salah satunya. TFS 🙂