Pergi traveling ke suatu daerah yang sedang dalam status awas memang berbahaya. Awalnya pada bulan Januari saya dan adek sudah bersiap untuk pergi tour ke Bromo untuk menghabiskan jatah liburan semesternya. Karena dia hanya bisa berlibur saat sedang liburan kuliah, maka diputuskan untuk melaksanakan tour pada akhir Januari. Tapi ternyata kami tidak jadi ke sana karena status Bromo yang siaga hingga membuat was-was. Bromo dinyatakan rawan karena mengandung abu vulkanik yang membuat orang jadi sulit bernapas ketika di sekitar kawasan kawah Bromo. Banyak letusan kecil yang disinyalir sebagai batuknya Bromo.
Saya dan adek masih memantau dengan pasti sampai dua hari menjelang keberangkatan. Karena status masih siaga jadi diputuskan untuk dibatalkan. Meski ada juga teman yang bilang bahwa tidak apa-apa Bromo masih bisa dikunjungi. Tapi, hei… kami ini orang yang baru belajar naik gunung. Jadi sayang aja kalau hidup cuma sekali trus matinya di daerah asing seperti Bromo. Kan serem. Huhu.
Jadi batalah liburan itu. Hingga akhirnya awal April adek bilang bahwa dia akan pergi trip ke Bromo dengan seorang temannya. Dia mengajak saya juga jika ingin ikut. Tapi ternyata dia sudah memilih biro alias agen tour yang diinginkan karena lebih murah dibanding agen lain. Saya tinggal membayar biaya DP yang dibutuhkan untuk berlibur. Kami saya sekali tanpa persiapan jadi kalau ditanya jadi pergi atau nggak saya nggak mau bilang duluan. Takut nggak jadi, trus, kan malu udah koar-koar kalo mau pergi. Jadi saya hanya bertanya pada seorang teman tentang wisata kuliner yang memungkinkan untuk kami kunjungi.
Saya bersiap untuk pergi ke Bromo dengan bekal seadanya, tanpa persiapan bahwa nanti akan ada bahaya terkait dengan status Bromo. Saya pikir demikian karena kemungkinan Bromo sudah siap dikunjungi wisatawan lagi mengingat bahwa sudah ada beberapa orang yang mengunggah foto di puncak Bromo dan kawasan wisata di sekitarnya seminggu sebelum saya pergi. Jadi perasaan saya sudah sangat nyaman, saya berbaik sangka bahwa Bromo tidak akan berulah lagi.
Dan wooo… ternyata dugaan saya salah, temans. Bromo yang saya kunjungi memang sudah ramai dijadikan destinasi wisata kembali, tapi tahukah kamu bahwa ternyata begitu kami sampai di pasir berbisik dan bersiap untuk naik ke kawah. Yang terjadi adalah… uww, sebuah kejutan yang bikin saya was-was. Bromo bergemuruh, seperti geluduk kalau kita lihat pas mau hujan deras. Bunyinya menggelegar ditambah dengan tampilan awan yang berubah menjadi hitam pekat. Saya takut, lebih takut lagi karena ada tiga teman yang nekat naik ke kawah. Duh, gimana ini. Kan nggak lucu kalau terjadi apa-apa di atas kawah sana?
Saya dan mbak Merry sudah menampakkan wajah takut. Bolak-balik kami bertanya pada seorang ibu yang menjual minuman di warung tenda dekat Bromo. Kata ibu nggak apa-apa, Bromo memang selalu seperti itu. Sering ‘batuk’ kalau orang asli sana bilang. Tapi kan ya, tetep ngeri aja. Dua kali bergemuruh ditambah letupan kecil dan suara mbak Merry memecah kesunyian kami. “Pak, itu abunya nggak kenapa-kenapa kan? Bahaya nggak, pak?”
Si bapak yang asli penduduk kawasan Bromo berkata, “Kadang ada abu yang bahaya, ada yang nggak. Biasa seperti itu memang.” Saya berpikir apakah pihak tour sudah membuat pertimbangan logis tentang ini? Apa yang bakalan mereka lakukan? Apakah menyediakan asuransi seperti asuransi perjalanan yang diadakan aia-financial.co.id, atau asuransi yang sejenis dengan itu untuk para traveler yang ditangani mereka.
Tapi percakapan kami terhenti ketika kami memutuskan untuk kembali ke Jeep dan menunggu teman lainnya turun dari kawah Bromo. Saya pikir sudah waktunya traveler siap dengan konsekuensi yang ada jika bepergian dalam waktu lama di suatu daerah asing yang mungkin berbahaya. Bromo hanya salah satunya, tapi apakah di luar negeri juga sama? Saya pernah lihat teman traveler membeli asuransi untuk syarat masuk ke suatu negara. Mungkin aia-financial.co.id bisa dijadikan pilihan untuk asuransi itu.
Rosa says
pengen ke bromoooooo 🙁
Ila Rizky says
Ayo main ke Bromo, ca. 😀 Agendain, hehe
Hastira says
gak serem tuh?
Ila Rizky says
Lumayan serem apalagi gluduk2nya kenceng, dua kali pula. 😀
TITIS AYUNINGSIH says
Aku belum pernah Mbak ke Bromo, batuknya masih tahap aman ya 🙂
Ahmad says
serem juga ya mbak, tapi masih ada juga yg jualan di kaki gunungnya 🙂