Sampah plastik di bumi kini sudah menumpuk hingga membuat gunungan sampah di tempat pembuangan akhir. Sebuah solusi ditawarkan oleh sebuah LSM yang mewadahi semangat Go Green untuk meminta pemerintah mengesahkan aturan kewajiban mengenakan biaya setiap pembelanjaan di supermarket menggunakan kantong plastik. Jadi akan diberlakukan diet kantong plastik di semua lini masyarakat dimulai dari pemberian harga kantong plastik di supermarket.
Awalnya saya kira kantong plastik tersebut akan dihargai mahal, minimal 2000 rupiah satu plastiknya agar terasa berat ketika membeli. Ternyata tidak, hanya 200 rupiah. Di kalangan masyarakat, aturan baru tentang diet kantong plastik ini membuat pro dan kontra. Seperti halnya aturan-aturan lainnya, selalu saja ada orang yang tidak suka dengan kebijakan seperti ini. Saya awalnya tidak tahu bahwa aturan ini diberlakukan serentak di seluruh kota di Indonesia. Namun karena gencarnya pro dan kontra yang muncul di social media akhirnya saya tahu juga.
Aturan diet kantong plastik ini berawal dari keprihatinan bahwa sampah di bumi sudah menumpuk. Jika tidak dikurangi, maka akan terjadi pembengkakan. Ya, tahu sendiri ya, kita kalau pakai kantong plastik selalu mudah untuk membuangnya jika tidak diperlukan. Inilah yang membuat sampah plastik semakin banyak hingga tak terhitung jumlahnya. Jika setiap rumah mengonsumsi sampah plastik sebulan 3 kg saja, artinya setahun ada berapa kg? Ditambah lagi keluarga di Indonesia berjumlah berapa?
Kebijakan aturan diet plastik ini menggunakan pola pikir bahwa jika tidak bisa dikurangi secara drastis, ya minimal dengan menguranginya secara bertahap. Saya rasa pemerintah juga memikirkan tentang mengapa harga yang diberikan senilai 200 rupiah, bukan 2000 rupiah karena agar bisa diterapkan di semua lapisan masyarakat. Baik masyarakat ekonomi bawah, menengah hingga atas. Jika semakin sering diet kantong plastik diterapkan, hasilnya kita akan menghemat penggunaan sampah plastik di lingkungan kita.
Memang tidak mudah untuk menerapkan aturan ini. Tapi saya rasa beberapa orang di kalangan masyarakat menengah sudah mulai membenahi hal ini sejak 2-3 tahun terakhir. Karena saya melihat kecenderungan penggunaan tas kain untuk pengganti plastik, baik saat menjual produk secara online maupun saat ada hajatan.
Saya ingat seorang teman saya menggunakan totte bag, goodie bag atau tas kain untuk membungkus berkat atau makanan dalam besek yang dibawa pulang. Meski penggunaan besek masih sering dipakai dalam wujud plastik, namun ada juga yang menggunakan besek dari kayu. Ya, lagi-lagi ini harus dimulai dengan sebuah pembiasaan. Makin sering dipakai, orang makin mudah beralih ke aturan baru, kan?
Toh kita juga tahu bahwa berubah tidak bisa serta merta langsung drastis, tetap butuh proses panjang. Apalagi sampah plastik memang tidak bisa diurai dengan mudah. Plastik butuh waktu untuk mengurai hingga ribuan tahun. Jika kita meninggalkan gunungan sampah tersebut menjadi limbah, hal ini akan membuat kita menjadikan bumi penuh dengan sampah yang tidak bisa diolah lagi.
Ada juga yang menyarankan untuk memilah sampah baik organik maupun anorganik. Hanya saja dalam penerapannya di masyarakat untuk memilah sampah tersebut belum secangggih di negara-negara maju. Kadang tempat sampah di ruang publik juga belum sebanyak yang kita harapkan.
Semoga saja ada kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Jika bukan kita yang memulainya, siapa lagi? Tak perlu menunggu orang lain untuk menjadi lebih baik. Kitalah yang tahu manfaat dari diet kantong plastik ini yang seharusnya menjadi orang yang mengedukasi lingkungan sekitarnya. Nah, selamat menjalankan diet kantong plastik ya!
Leave a Reply