Potensi Usaha Peternakan Indonesia yang Dilirik Selandia Baru
Di Indonesia, negara yang kaya dengan alam yang indah dan subur, membuat masyarakat banyak menggunakan tanah untuk pertanian. Saat saya melakukan perjalanan ke Banjarnegara, ada banyak sawah yang masih menghijau di sepanjang jalan. Meski ada juga areal yang dipakai untuk tambang pasir dan semen. Ya, tak dipungkiri begitu besar peran Pemerintah juga untuk melakukan regulasi tentang pertanian dan penambangan.
Nah, jika ada pertanian berarti juga ada usaha peternakan. Karena pertanian di Indonesia sebagian besar masih menggunakan sistem manual seperti menggunakan kerbau dan sapi untuk membajak sawah alih-alih memakai traktor. Namun ini hanya sejumlah kecil yang dilakukan di masyarakat.
Saya suka melihat hal ini, berarti ada sinergi antara pertanian dan peternakan Indonesia. Jika kerbau membajak sawah, mereka jugalah yang menghasilkan susu dan daging untuk dikonsumsi oleh warga. Daging-daging didistribusikan ke seluruh penjuru kota terdekat, bahkan ada juga yang diekspor. Pertanian kita sudah bagus saat ini. Tanah pertanian yang subur didukung oleh susunan pegunungan dan bukit yang menaungi sekitarnya. Setelah masa panen selesai, pagi dipanen oleh warga, beras pun dihsilkan dari pemisahan pagi dengan mesin perontok padi. Setelah itu beras bisa dihilangkan kulitnya dan menjadi beras yang kita konsumsi saat ini.
Untuk daging, meski kita masih memproduksi daging untuk kebutuhan warga negara sendiri tapi ada juga daging yang diimpor. Salah satunya adalah daging ya kita peroleh dari negara tetangga yaitu Selandia Baru. Usaha peternakan yang dilirik Selandia Baru antara lain sapi untuk menghasilkan susu segar, dan daging sapi. Usaha peternakan ini jadi konsentrasi pemerintah untuk menarik selandia baru agar bisa menambah jumlah investasi di Indonesia. Negara selandia baru memang dikenal sebagai negara yang cukup banyak mengimpor produksi susunya dalam bentuk sudah dproduksi di negara asal. Untuk itulah pemerintah menawarkan kerjasama dalam bentuk lain.
“Mereka setidaknya harus memiliki lebih dari 3.000 ekor sapi perah dengan perkiraan investasi mencapai 8-10 juta dolar AS. Nilai ini baru hanya atas pembangunan peternakan dengan kapasitas eksisting dan diluar rencana penambahan kapasitas produksi. Ini yang mulai disadari oleh para produsen susu. Mereka mulai menyiapkan peternakan sapi terintegrasi untuk mendukung penjualan produk-produk mereka di Indonesia. Selain dari Selandia Baru, tercatat produsen susu Australia juga berminat mengembangkan peternakan sapi perah di Indonesia.” (sumber : BKPM.co.id)
Nah, karena regulasi inilah, Indonesia akan mendapatkan investasi dari Selandia Baru dalam bentuk yang lebih menguntungkan sehingga kebutuhan akan daging sapi dan susu dari peternakan sapi perah di Indonesia juga bisa tetap saling menguntungkan kedua pihak.
Leave a Reply