Postingan sebelumnya, saya membahas tentang kiat sukses bisnis Kebab Baba Rafi. Di situ, mba Nilam Sari cerita tentang prinsipnya bahwa bisnis bukan hanya sekadar menjual produk tapi juga menjual branding dan packaging. Prinsip bisnis ini saya rasa tidak hanya bisa diberlakukan untuk bisnis kuliner saja. Tapi juga untuk bisnis pariwisata. Saya yakin negeri kita punya banyak potensi pariwisata Indonesia, hanya saja sayangnya tidak diolah dan dikemas dengan baik karena banyak faktor. Apa saja faktor itu?
1. Kurangnya Dukungan dari Pemerintah untuk Pariwisata Indonesia
Kurangnya dukungan dari pemerintah pusat terkait promosi pariwisata membuat pariwisata Indonesia hanya berjalan ala kadarnya. Tidak banyak juga pemerintah daerah yang memberikan dukungan bagi wisata karena beberapa hal misalnya : tiket masuk tempat wisata yang mahal, tempat wisata Indonesia yang tidak terawat, kurang promosi, dan ditambah kena pajak pula.
2. Kurangnya Pelestarian Alam Pariwisata Indonesia
Kurangnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap kelestarian alam yang ada di tempat pariwisata Indonesia. Sampah bertebaran di mana-mana. Boro-boro mau buang sampah, tempat sampahnya saja jauh dari jangkauan. Jarang ada yang mau tertib membuang sampah pada tempatnya, apalagi capek-capek membawa plastik kresek untuk menyimpan sampah pribadi sampai nemu tempat sampah terdekat. Tempat wisata jadi kotor dan penuh dengan sampah. Bikin risih yang melihat. 🙁 Di tempat lain malah ada pengerukan situs batu yang herannya makin banyak dilakukan seiring dengan meningkatnya minat masyarakat pada batu akik yang sedang ngetren. Hal ini membuat ekosistem alami menjadi tidak lestari lagi.
3. Komersialisasi Pariwisata Indonesia yang Berlebihan
Sudah tidak heran jika tempat wisata itu surganya makanan enak, tapi juga bikin bokek. Segala hal tentang tempat wisata bisa dikomersilkan hingga orang lokal bahkan enggan datang ke tempat wisata tersebut saking tidak terjangkaunya harga tiket tempat wisata. Misal : kita masuk tempat wisata bayar sendiri, naik wahana permainan bayar lagi, dsb. Ada lagi pedagang yang menjual harga makanan dan minuman dua kali lipat dari harga normal di luar tempat wisata.
Saya pernah main ke PAI Tegal dan hal menyebalkan pun terjadi. Saya baru saja duduk di kursi kayu warna-warni yang tersedia dekat pohon cemara tepi pantai. Seorang ibu menegur saya karena saya duduk di situ. Sedangkan saya tidak memesan makanan maupun minuman. Dia mengatakan, “Mbak, minggir dong. Kalau tidak beli makanan, ya jangan duduk di kursi ini.” Masalahnya, ketika saya berpindah ke kursi lain, orang tersebut akan mengatakan hal yang sama sambil memasang payung besar di depan mata saya. Saya baru tahu bahwa kursi-kursi tepi pantai yang berjajar itu hanya boleh digunakan oleh orang yang membeli makanan dan minuman di warung tenda biru yang telah ditunjuk.
Intinya, ada monopoli harga dan kadang yang membuat miris, terjadi pengusiran kasar seperti yang saya alami karena saya tidak membeli. Okelah kalau itu di wilayah sang penjual, ternyata semua tempat saya selalu didatangi sampai dua kali mendengar omongan yang sama. Jadi, saya lumayan shock. Saya pun bertanya pada teman lain apa pernah main ke PAI. Ternyata ada juga tempat yang sepi dari jangkauan pedagang komersil. Hanya tempatnya agak jauh dari tempat yang pertama kali saya kunjungi itu.
4. Sapta Pesona Pariwisata Indonesia yang Tidak Dihiraukan
Edukasi bagi pengunjung pariwisata Indonesia itu perlu, misalnya seperti apa perilaku kita yang harus mematuhi aturan agar tempat pariwisata Indonesia tetap bisa lestari. Sapta Pesona bukan hanya sekadar simbol untuk menambah formalitas di tempat wisata. Jika sapta pesona digalakkan, saya rasa tempat wisata akan menjadi lebih nyaman dikunjungi dan mendatangkan income yang signifikan bagi pemerintah daerah, asal tidak berlebihan dalam mengeskploitasinya.
Butuh banyak dukungan dari masyarakat agar tempat pariwisata Indonesia bisa menjadi tempat yang nyaman bagi penduduk lokal, pemerintah, dan wisawatan baik lokal maupun mancanegara. Semoga saja banyak gebrakan baru dari pemerintah baik pusat maupun daerah agar sektor pariwisata Indonesia bisa lebih dikembangkan lagi. 🙂
HM Zwan says
Wah,ngenes juga ya..itu semua kursi harus bayar kalau mau duduk???miris banget ya mbak.
Ila Rizky says
Iya, kalau mau pakai, beli makan dan minum, mba. Kalo nggak ya diusir. 🙂
Echaimutenan says
Iya coba ya kalau didukung pemerintah tiket murah
Kesingapura sama ke raja ampat mahal tiket raja ampat
diarysivika says
Waduh “kereng” penjualnya kayak debt collector, mungkin pengunjung harus bawa koran atau tikar #ngenes. Paling sensara juga masalah tranportasinya, biasanya jalannya kurang terawat padahal potensi wisatanya bagus-bagus diIndonesia ya…
cputriarty says
kadang-kadang masih prihatin sama sikap kekurang kepedulian sebagian masyarakat terhadap lingkungan sekitar 🙁
ani says
setuju bgt mba pengalaman pribadi kalo saya ga diusir secara halus sih, ceritanya saya duduk disebuah gubuk di Anyer dikira saya gratis ga tau nya pas saya diri diminta bayar 20rb parahh, padahal cuma sebentar sialnya saya ga baca tulisan dibelakang gubuk lupa saya tulisanya intinya duduk bayar karena datang dari arah depan jd ga liat tu tulisan 🙁
Winny Widyawati says
Sayang ya pdhal Indonesia berlimpah kekayaan alamnya.
Arifinda D. Putri says
aku fans berat sm pariwisata indo, cuma dalem hati tiap ada yang booming suka sedih euy, gak mau mikirin ke pemerintah deh, tapi dari yang aku sering liat yaa gt kesadaran masyarakatnya yang kurang. kadang suka miris, gak cuma dikasih alam yang bagus, dikasih fasilitas enak dikit jg nasibnya sebentaran karena banyaknya oknum yang minim kesadaran untuk ngejaga. 🙁
btw enak banget nulis komen disini, fontnya enak! :))
Idah Ceris says
Kalau udah sampai kebersihan, cukup susah. Krn, itu kesadaran sndiri sih ya, Mbak.
Btw, bangkunya bukan milik umum. Bawa kursi aja sndiri dr rumah, Mbak. 😀
Keke Naima says
iya, nih padahal alam kita itu banyak sekali yang dicantik. Berpotensi banget untuk mendunia wisatanya. Sayangnya memang gak bisa dikelola dengan baik
Nathalia DP says
mending mba, itu tempat duduknya ada pemberitahuannya… biasanya ada yg tiba2 stelah kita duduk, lgsg ditagih biaya sewa 😀
smoga industri pariwisata indonesia bisa menjadi lebih baik ya… butuh dukungan dr smua pihak…
sie-thi nurjanah says
Faktor ke-2 masih kurang kesadaran masyarakat utk menjaga kelestarian lingkungan
Utk faktor ke 3 hal itu cukup keterlaluan dan ga dipungkiri masih bnyk terjadi
Mugniar says
Intinya, butuh dukungan dari semua pihak ya Ila
ivonie zahra says
Pemerintah seperti setengah-setengah mengurusi pariwisata Indonesia ya.
dony prayudi says
yang ketiga tuh yang paling sering terjadi. Akibat komersialisasi banyak orang yang datang tapi tidak paham bagaimana menjaga kelestarian. terutama masalah sampah. sungguh menyedihkan sekali
Ridha Tantowi says
Di tempatku, pantainya malahan udah kek pasar tumpah. Padahal lo pantai di tempatku dikit banget. Dieksploitasi berlebihan, sampah dimana2, tata kelola semrawut >,<
ade anita says
Tambahin satu: kurang melibatkan kesadaran masyarakat utk ikut memelihara… duh..mental buang sampah itu mengenaskan banget
rahmiaziza says
Yang paling sedih kalo udah berkembang, dikenal orang trus jadi rusak, banyak sampah, dll. Sediih banget 🙁
kornelius ginting says
untuk beberapa daerah wisata masih sulit di jangkau tranportasi yang memadai…. semoga kedepannya pariwisata Indonesia semakin baik lagi 🙂
Sandi Iswahyudi says
Saya juga sepakat mbak, terutam yang kurangnya dukungan pariwisata alam. Saya termasuk suka yang menjelajah tempat-tempat yang belum banyak dikunjungi. Di sana, sebenarnya potensinya banyak. Hanya saja, pemerintah setempat kurang mendukung akan hal ini. Jadinya sayang sekali gak bisa berkembang
cindy amri says
Saya tertarik dengan informasi mengenai tempat wisata diatas. Indonesia memang Negeri yang memiliki keanekaragaman tempat wisata yang memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Selain itu, tulisan diatas sangat menarik untuk dipelajari serta dapat menambah wawasan kita mengenai kebudayaan di lndonesia. Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Explore Indonesia yang bisa anda kunjungi.
Hastira says
wah agk beres tuh ya, ngusir2 , nanti malah banyak yang gak mau ke situ lagi ya. dan banayk wisata yang seringkali kotor krn ulah pengunjung krn tak ada tong sampah, kalau ada juag sama saja. Kalau bisa harga makana di tempat wisaat itu harga sewajarnay, seringkali harga sampai 4/5 kali lipat dhg harga di luar.