Pandemi Coronavirus Menyerang Indonesia, Tetap Jaga Kesehatan ya!
Hari itu, di tanggal 2 Februari 2020, kami sekeluarga pergi ke Bandara Soeta untuk mengantar adik saya kembali ke Nagasaki, Jepang. Perjalanan ke bandara Soekarno Hatta menjadi perjalanan yang paling mencekam buat saya. Pasalnya, selain ada issue tentang coronavirus di berbagai negara seperti China, Jepang dan Korea Selatan, saya juga merasakan kegelisahan karena sepanjang jalan tol menuju Bandara Soeta, kami harus melewati tol layang dengan gedung pabrik di sekelilingnya. Pabrik itu menghasilkan polusi asap yang membuat dada sesak. Aroma pekat terasa saat mobil melewati jalanan tol layang itu.
- 5 Hal Penting Tentang Pengelolahan Media Sosial Dengan Sociosight
- Kemudahan dan Keamanan: Alasan Mengapa TRAC Pilihan Utama dalam Sewa Mobil
- Peran Influencer dan Jasa Live Streaming dalam Menaikkan Omset Penjualan E-commerce dan Cara Kerjasama dengan KOL.ID
- Pengembangan Bisnis Farmasi di Indonesia
- Tantangan dan Peluang Bisnis Farmasi di Indonesia
Saya sempat berpikir apakah pemerintah daerah tidak memperingatkan pemilik pabrik-pabrik itu agar berhenti atau stop berproduksi karena pekatnya polusi udara di Jakarta sungguh sudah tidak wajar. Tapi, siapalah kami yang hanya pendatang saja? Bukan warga Jakarta dan sekitarnya yang terdampak polusi udara saat itu.
Jadi saat itu, saya datang ke Bandara Soeta dalam keadaan sudah mengenakan masker medis, bukan karena virus corona, melainkan karena pekatnya polusi udara yang terjadi di sepanjang jalan tol layang itu. Sampai adek saya bilang, “Rasanya kayak di film-film ya.” Saat melihat pemandangan di depan kami berupa tiang-tiang penyangga tol dan gedung pencakar langit yang diselimuti kabut pekat. Ya, sudah seperti mau kiamat saja. Hiks
Saat saya sampai di Bandara Soeta, saya melihat orang-orang sudah mulai aware mengenakan masker juga untuk menangkal virus corona. Saya pikir nggak akan seheboh ini lho. Karena di sekeliling kami orang mengenakan masker dan tidak mencopotnya. Meskipun pakai masker itu rasanya sesak ya kalau kelamaan, apalagi kacamata jadi berembun. Haha.
Ya… Tapi buat mereka para petugas bandara seperti petugas checkin, pramugari, pramugara, petugas kebersihan toilet, sampai satpam, mengenakan masker adalah tindakan preventif untuk mengurangi kontak dengan orang tanpa gejala. Para penumpang lain juga sudah mulai mengenakan masker untuk menjaga kesehatan.
Saat saya ke toilet pun sudah ada protokol kesehatan seperti mencuci tangan dan menggunakan sanitizer, selain itu petugasnya sigap untuk langsung membersihkan toilet dengan air mengalir. Bagaimana pun juga, bandara adalah gerbang pertama untuk kedatangan orang luar negeri lewat jalur udara. Jika bandara tidak sigap dengan issue virus corona, lalu gimana?
Selang beberapa minggu kemudian, tepatnya akhir Februari hingga pertengahan Maret, orang-orang sudah mulai panik ketika ada informasi bahwa virus Corona masuk ke Indonesia. Semua orang mengalami dampaknya, tapi yang paling dirasakan adalah kekhawatiran untuk mengunjungi fasilitas kesehatan ketika sakit melanda. Misalnya saja saat gigi geraham saya lepas, saya pikir saya harus ke dokter, tapi ternyata giginya bisa lepas sendiri. Wkwk. Sungguh keajaiban itu ada dan nyata. Alhamdulillah.
Saya sudah menyiapkan kalau nanti harus ke dokter gigi untuk cabut gigi mungkin saya harus sedia masker dan handsanitizer yang saat itu masih susah dicari. Ada sih masker medis, tapi ya udah susah ditemukan di toko. Saat nemu masker di sebuah toserba Yogya, saya pikir virus ini nggak seberbahaya itu, jadi saya hanya membelinya secukupnya saja. Bukan nimbun masker juga, buat apa gitu loh ya? Ternyata sekarang sudah susah dicarinya. Huwaa~ Mana harganya ngalahin harga emas pulak. 🙁
Bulan April ini, jumlah pasien positif Corona Virus/ Covid-19 semakin meningkat dari hari ke hari. Setiap petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19 harus menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Apalagi pasien yang menderita penyakit COVID-19 ini ya. Pasti berat jika seorang pasien sampai dirawat di rumah sakit dan diisolasi hingga sembuh.
Saat ini informasi tentang virus corona sudah bisa kamu akses di web dan aplikasi Halodoc. Jika kamu merasakan gejala sakit seperti pasien COVID-19 atau kamu kurang sehat tapi belum bisa pergi ke dokter, kamu bisa berkonsultasi dengan tim medis di Halodoc. Kamu bisa mendownload aplikasinya di Google Play Store, selain itu kamu juga bisa membeli obat jika kamu kesulitan keluar rumah. Obatnya akan diantar ke rumahmu, dan kamu bisa beristirahat untuk memulihkan kesehatanmu.
Cara akses menu Check COVID-19 di aplikasi Halodoc :
- Download aplikasi Halodoc di Google Play Store
- Pilih menu Check COVID-19 di halaman utama.
- Klik menu, lalu akan diarahkan untuk percakapan dengan tim Halodoc
- Jawab dengan detail dan jujur setiap pertanyaan yang diajukan.
- Setelah itu, tim Halodoc akan menganalisa apakah pasien termasuk kategori risiko rendah, sedang dan tinggi.
- Jika kategori rendah dan sedang, tim Halodoc akan menganjurkan untuk karantina mandiri di rumah selama 14 hari dengan mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi. Tapi jika masuk kategori tinggi, maka pasien dianjurkan untuk segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan rujukan penanganan pasien COVID-19.
Kemudahan akses informasi kesehatan di Halodoc ini akan memudahkan kamu untuk menjaga diri dari bahaya virus corona. Jika kamu mengalami gejala sakit virus corona, kamu bisa segera menghubungi petugas yang berwenang agar segera mendapatkan penanganan yang tepat. Semoga bermanfaat ya, dan stay at home!
Leave a Reply